ASSALAMU 'ALAIKUM

Mulailah dengan bismillahi rohmani rohim

Sabtu, 03 Mei 2008

Ssssst… Jangan Ada Kusta diantara Kita

Oleh: Budi Santoso, S.Ked

Seorang pemuda berusia 30 tahun ‘berlari’ di koridor suatu bangsal Rumah Sakit Kundur dr. Rivai Abdullah Palembang. Ia ‘berlari’ diatas kursi rodanya setelah selesai menjalani rutinitas pagi, necrotomi dan pembersihan borok di telapak kaki kanannya. Diatas kursi roda, karena adanya deformitas (kelainan bentuk, red) pada jari-jari kakinya. Borok, karena hilangnya sensasi rasa pada kulit kakinya. Penyakit apa yang sebenarnya terjadi??.

Lepra, Morbus Hansen (MH) atau yang biasa dikenal dengan kusta. Nama penyakit yang telah disebutkan dalam Al Qur’an ini, masih banyak diderita di Indonesia, 1,57 per 10.000 penduduk. Kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, lalu kulit dan organ tubuh lain kecuali saraf pusat. Penularan terjadi dari penderita kusta yang tidak diobati ke orang lain melalui pernafasan atau kontak kulit yang lama. Jika pun telah ada kuman lepra pada tubuh seseorang, tidak berarti langsung timbul gejala-gejala penyakit kusta, karena banyak faktor yang akan mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut. Patogenitas kuman, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan serta faktor genetik perlu dipertimbangkan.

Bagaimana sih, gejala penyakit kusta itu?

Ada tiga tanda utama penyakit kusta. Pertama, adanya kulit dengan bercak putih atau kemerahan disertai mati rasa. Kedua, penebalan saraf tepi yang juga disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa, kelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambut terganggu. Ketiga, pada pemeriksaan kerokan kulit didapatkan kuman M. leprae.

Terus… bila dijumpai tanda-tanda tersebut, apa yang harus dilakukan?

Segera konsultasikan dengan dokter atau datanglah ke puskesmas terdekat. Mengapa? Karena, semakin cepat didiagnosis suatu kusta, makin sedikit kemungkinan mengalami kecacatan seperti halnya pemuda 30 tahun diatas. Jika memang benar penyakit tersebut adalah kusta, maka akan diberi paket obat dalam kemasan blister yang harus dimakan sampai habis dan tetap terus kontrol ke puskesmas atau dokter. Rifampisin, DDS (diaminodifenil sulfon), Lampren sebagai Multi Drug Treatment (MDT) merupakan obat-obat untuk penyakit kusta yang diminum rutin selama 12 sampai 18 bulan. Insyaallah sembuh!

Lantas bagaimana nasib si pemuda diatas kursi rodanya tadi?

Ia masih dapat berlari, walau tak sekencang dahulu. Kedua kakinya masih tegak berdiri di bumi Allah, walau tak sekuat dahulu. Dan ia masih bersyukur kakinya masih ada, walau jemarinya saling berdekatan tak seperti dahulu.

Rehabilitasi, terapi tambahan yang mesti dijalani agar otot-ototnya tidak lemah, ditambah kekaryaan yang dapat menambah semangat hidup, agar diterima masyarakat tentunya.

Dengan borok dikakinya yang mungkin sukar sembuh. Lakukan perawatan luka. Setiap hari, luka yang menganga dibalut agar tetap bersih dan terhindar dari benturan. Yang paling penting, hindari penyebab luka. Karena kulit kaki yang mati rasa tidak akan tahu kalau duri ikan telah bersarang didalamnya seharian. Gunakan alas kaki yang cocok dengan bagian dalam yang lunak dan bagian luar/sol yang keras agar tidak mudah ditembus.

Dan. Yang tidak kalah penting… berdoa kepada Sang pemilik jiwa dan raga ini. Dialah Yang memberi penyakit dan Yang menyembuhkannya...

Selanjutnya, jangan ada kusta diantara kita lagi...

Tidak ada komentar: