ASSALAMU 'ALAIKUM

Mulailah dengan bismillahi rohmani rohim

Senin, 29 Desember 2008

batu besar


BATU BESAR

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswanya. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan kelas dan berkata. ”Okay, sekarang waktunya untuk quiz.” Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Setelah itu, ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar kepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan kedalam ember. Ia bertanya pada kelas, ”Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?”


Semua mahasiswa serentak berkata, ”Ya!”

Dosen kembali bertanya, “Sungguhkah demikian?”


Kemudian dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Dan sekali lagi ia bertanya pada kelas, “Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”

Kali ini mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, ”Mungkin tidak.”


”Bagus sekali”, sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas. ”Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”

”Belum!” sahut seluruh kelas


Sekali lagi ia berkata, ”Bagus. Bagus sekali.” Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, ”Tahukah kalian apa maksud ilustrasi ini?”

Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, ”Maksudnya adalah tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya”.


”Oh, bukan.” sahut dosen. Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari ilustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan ”batu besar” terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuannya.”

Apa yang dimaksud dengan ”batu besar” dalam hidup anda? Anak-anak anda; pasangan anda; pendidikan anda; hal-hal penting dalam hidup anda; mengajarkan sesuatu pada orang lain; melakukan pekerjaan yang kau cintai; ibadah anda; kesehatan anda; teman anda; atau semua yang berharga.


Ingatlah untuk selalu memasukkan ”batu besar” pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.

Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri, ”Apakah ’batu besar’ dalam hidup saya?” lalu kerjakan itu pertama kali.

Pe de ka te

PDKT

Sudah penuhkah dompet kita? atau telah tinggikah ruang kerja kita?
.....
Tahu Qorun?
Konglomerat super kaya, sampe-sampe anak kunci (sekali lagi ”anak” kunci) nya dari emas, yang ia sendiri bingung harus dikantongi dimana!!!
Pernah denger Firaun?
Penguasa maha raya, sampe-sampe berani mengaku diri Tuhan (sekali lagi ”Tuhan”). Mengaku nabi saja, naudzubillah ributnya, apalagi mengaku Tuhan!!!

Muliakah mereka???
Dalam pandangan manusia: harta banyak, kedudukan tinggi dapat dibilang mulia, berharga dan sukses.

Coba lihat contoh berikut:
Petani membawa sapinya pulang ke kandang, bila kedua-duanya mati di jalan lalu dibawa ke pasar. Mana yang lebih berharga? Yang membawa atau yang dibawa?
Ada lagi... Setelah sampai di pasar, ada pencopet ingin mengambil kalung emas di leher ibu yang sedang menjinjing daging sapi tadi. Mana yang dimata copet lebih bernilai: kalung, daging atau ibunya?
Mudah kan jawabannya...

Intinya, yang namanya manusia itu tidak berharga, tidak mulia! Ia begitu hina. Lebih hina dan rendah lagi: manusia diciptakan Sang Pencipta dari tanah. Tempat di bumi yang paling bawah, selalu diinjak-injak.
Bahkan lebih rendah dari keset kaki. Benar tidak?

TAPI,
Kehinaan itu akan menjadi mulia bila ia dekat dengan pemilik segala Kemuliaan. Sekali lagi DEKAT dengan Yang Maha Mulia.

Jadi PDKT dong!
Gimana caranya??? Dalam Al Quran surat Al Imran ayat 112 Allah berfirman
“Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia...”

Atau bahasa kerennya HABLUMMINALLAH dan HABLUMMINANNAS...!

Jadi, PDKT-nya dengan ”pegangan” pada tangan Allah dan tangan-tangan baik manusia. Simpel kan??
Sekarang tinggal keISTIQOMAHan kita untuk tidak mencari ”pegangan” lain.

AJAIBNYA...
Sebelum tulisan ini Anda baca, dan sekarang muncul niat untuk kembali PDKT dengan Allah. Sebenarnya... apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (QS Al Baqarah :186).

Jadi, Ia yang sudah dekat, kenapa kita lupa untuk selalu mendekat.
Mari!